Upacara Tedhak Siten

Tedhak dalam bahasa Jawa berarti turun atau menapakkan kaki. Siten berasal dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi Tedhak Siten berarti menapakkan kaki ke bumi. Upacara Tedhak Siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses di masa mendatang. Upacara Tedhak Siten juga punya makna kedekatan anak manusia kepada Ibu Pertiwi, tanah airnya.

Tedhak Siten dilaksanakan pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari. Biasanya pelaksanaan upacara Tedhak Siten diadakan pagi hari di halaman depan rumah. Seperti pada setiap upacara tradisional, ritual ini mesti dilengkapi dengan sesaji yang sesuai. Sesaji itu bukan takhayul, tetapi bila intinya diurai merupakan sebuah doa permohonan kepada Tuhan, supaya upacara berjalan dengan selamat dan lancar.

Jalannya upacara Tedhak Siten adalah sebagai berikut.
  1. Pertama, anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak bubur tujuh warna yang terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu. Ini merupakan lambang bahwa anak akan mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya.
  2. Kedua, anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna, lalu turun lagi. Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu (mantapnya kalbu atau dengan tekad hati yang mantap). Tebu Arjuna melambangkan supaya si anak bersikap seperti Arjuna, seorang yang berwatak ksatria dan bertanggung jawab, selalu berbuat baik dan benar, membantu sesama dan kaum lemah, membela kebenaran, dan berbakti demi bangsa dan negara.
  3. Ketiga, anak dituntun untuk berjalan di onggokan pasir. Anak akan mengais pasir dengan kakinya (ceker-ceker), yang arti kiasannya adalah mencari makan. Maksudnya setelah dewasa anak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 
  4. Keempat, anak dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang di dalamnya terdapat berbagai benda seperti buku, perhiasan, telepon genggam, dan lainnya. Anak akan dibiarkan memegang salah satu benda yang terdapat di kurungan. Misalnya jika anak memegang buku, mungkin satu hari dia mau menjadi ilmuwan. Kurungan merupakan perlambang dunia nyata, jadi si anak memasuki dunia nyata dan dalam kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan/aktivitas yang telah dipilihnya secara intuitif sejak kecil.
  5. Kelima, ayah dan kakek dari anak tersebut menyebarkan udik-udik, yaitu uang logam dicampur berbagai macam bunga. Maksudnya anak sewaktu dewasa dapat menjadi orang yang dermawan, suka menolong orang lain. Karena suka memberi dan baik hati, dia juga akan mudah mendapatkan rejeki.
  6. Keenam, anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh atau dimandikan dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga melati, mawar, kenanga dan kantil. Ini merupakan pengharapan bahwa dalam kehidupannya, anak ini nantinya akan harum namanya dan dapat mengharumkan nama baik keluarganya.
  7. Ketujuh, pada akhir upacara, anak didandani dengan pakaian bersih dan bagus. Maksudnya supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia keluarganya.

location Halaman depan rumah
start date Ketika anak berumur 7 selapan (245 hari)
source Negoro, S. S. (n.d.). Tedhak Siten. Retrieved from Jagad Kejawen: http://www.jagadkejawen.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10%3Atedhak-siten&catid=4%3Aupacara-ritual&Itemid=9&lang=id

Foto

Lokasi