Kampung Code dahulu merupakan pemukiman liar yang kumuh. Banyak masyarakat yang ingin beradu nasib di Kota Jogja dan tidak memiliki tempat tinggal kemudian memanfaatkan tempat tersebut sebagai rumah. Dengan bangunan seadanya yang belum tentu layak dan sebagian besar terbuat dari triplek bahkan kardus mereka berusaha untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi. Pada musim hujan sering terjadi banjir dan menghanyutkan rumah-rumah sederhana kawasan ini. Pemerintah pernah berencana merelokasi penduduk daerah tersebut setelah terjadinya banjir tetapi masyarakat daerah tersebut menolak pada tahun 1984. Kondisi masyarakat miskin Kota Yogyakarta dapat tergambarkan pada Kampung Code. Penduduk pada masa itu terdiri dari pemulung, pengamen, pengemis, dan lain lain. Hal-hal tersebut berubah menjadi lebih baik dan sehat semenjak kedatangan seorang arsitek Romo Mangun (Y.B. Mangunwijaya). Pada mulanya pasca terjadinya banjir Romo Mangun datang sebagai tindakan kemanusiaan, tetapi nalurinya terpicu untuk menata ulang kampung ini menjadi lebih baik dan sehat karena kedekatan beliau dengan masyarakat sekitar. Beliau menata ulang permukiman seperti menambahkan WC umum, ruang terbuka untuk bermain, dan balai serbaguna yang dapat berfungsi sebagai perpustakaan, tempat belajar atau pertemuan warga sehingga fasilitas umum terpenuhi. Pembuatan desain bersamaan dengan konstruksinya dimulai sejak tahun 1983 dan selesai pada tahun 1985. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun Kampung Kali Code oleh Romo Mangun diperkirakan mencapai 60.000 USD per meter waktu itu. Kampung Kali Code berhasil meraih penghargaan internasional yaitu Aga Khan Award for Architecture.